Sejarah Hari Bhakti TNI AU
Hari ini diperingati sebagai tonggak kemajuan dan perjuangan TNI AU dalam menjaga dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Sejarah hari bakti TNI AU ini bermula dari aksi Belanda yang mengingkari perjanjian Linggarjati pada tanggal 21 Juli 1947 dengan Agresi Belanda I. Kehancuran pangkalan-pangkalan TNI AU akibat serangan Belanda ini menyebabkan kemarahan prajurit-prajurit TNI AU.
Dalam keterbatasan dan pantang menyerah, dini hari 29 Juli 1947, Pangkalan Udara Maguwo dalam keadaan masih gelap, digetarkan oleh deru pesawat yang mengemban misi penyerangan ke tangsi-tangsi militer Belanda yang berada di Salatiga dan Ambarawa oleh Kadet penerbang Sutardjo Sigit dan Suharnoko Harbani menggunakan pesawat Chureng.
Chureng dilengkapi senapan mesin dengan penembak udara Kaput. Sedangkan, pesawat Sutardjo Sigit dibekali bom-bom bakar dan penembak udaranya Sutardjo. Kadet penerbang Mulyono menyerang Semarang menggunakan pesawat pengebom ”Driver Bomber” Guntei dengan dibebani bom 400 kg dan dilengkapi dua senapan mesin dengan penembak udara Dulrachman.
Sementara itu, Kadet Penerbang Bambang Saptoadji dengan pesawat buru sergap Hayabusha yang bertugas mengawal pesawat yang diawaki Kadet Penerbang Mulyono, terpaksa dibatalkan karena pesawat mengalami kerusakan.
Setelah mengadakan pengoboman di tiga kota itu, ketiga pesawat sebelum jam 6 pagi sudah kembali di Pangkalan Udara Maguwo. Serangan udara ini membuat semangat juang dan rasa percaya diri Bangsa Indonesia, dan sebaliknya di pihak Belanda.
Masih di hari yang sama, sore hari pesawat P-40 Kittyhawk Belanda melakukan serangan balik dengan berondongan peluru dengan sasaran Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan dari Palang Merah Malaya kepada Palang Merah Indonesia, yang mengakibatkan pesawat oleng lalu jatuh di Desa Ngoto, 3 km sebelah selatan Yogyakarta.
Korban yang gugur dalam musibah itu diantaranya Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dan Opsir Muda Udara Adisumarmo.
Gugurnya tokoh-tokoh TNI AU saat itu mengakibatkan rasa kedukaan mendalam karena tenaga dan pikirannya sangat diperlukan untuk membangun dan membesarkan Angkatan Udara.
Peristiwa heroik inilah yang mendasari peringatan Hari Bakti TNI Angkatan Udara yang diperingati setiap tahun.